Selasa, 22 Juni 2010



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar belakang
Solidaritas,,suatu kata yang bersifat sangat positif sekali,tentu banyak orang yang memahaminya. mementingkan kelompok atau lainnya daripada kepentingannya diri sendiri.maka dari itu kami sebagai pendidik sangat penting untuk membangun sikap kepada siswa bagaimana meraka bisa menjaga rasa persaudaraan, mengingat Negara ini kaya akan nilai-nilai budaya khususnya suku. Indonesia merdeka karna ada rasa persatuan dan kesatuan.Indonesia merupakan salah satu bangsa yang paling plural didunia dengan lebih dari 500 etnik dan menggunakan lebih dari 250 bahasa. Karenanya, sebagaimana bangsa multietnik lainnya, persoalan-persoalan mengenai pengintegrasian berbagai etnik kedalam kerangka persatuan nasional selalu menjadi tema penting. Ironisnya, setelah sekian puluh tahunkemerdekaan, pertikaian antar etnik tetap saja terjadi. Sementara pembauran antar etnik intens berlangsung terutama di daerah-daerah urban, konflik antar etnik terus terjadi. Di satu sisi di galakkan upaya untuk meningkatkan nasionalisme guna mengurangi etnosentrisme, di sisi lain tumbuh subur pemujaan etnik.
Memiliki ratusan etnik dengan budaya berlainan, yang bahkan beberapa di antaranya sangat kontras, potensi kearah konflik sangatlah besar. Ketika Koentjaraningrat mendefinisikan nilai budaya sebagai suatu rangkaian konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai apa yang di anggap penting dan remeh dalam hidup, sehingga berfungsi sebagai pedoman dan pendorong perilaku, yang tidak lain mengenai sikap dan cara berfikir tertentu pada warga masyarakat, sekaligus ia menyatakan inilah masalah terbesar dalam persatuan antar etnik (Koentjaraningrat, 1971). Nilai budaya inilah yang berperan dalam mengendalikan kehidupan kelompok etnik tertentu, memberi ciri khas pada kebudayaan etnik, dan dijadikan patokan dalam menentukan sikap dan perilaku setiap anggota kelompok etnik. Nilai budaya-nilai budaya yang berbeda pada tiap etnik akan menimbulkan sikap dan cara berfikir yang berbeda pula. Demikian juga dalam perilaku yang di ambil meskipun dalam masalah yang sama. Perbedaan ini potensial menimbulkan konflik terutama pada masalah-masalah yang datang dengan adanya interaksi antar etnik.

A. Indentifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang penulis mengambil judul makalah “Membangun sikap solidaritas etnik disekolah” melalui kajian umum, khususnya pendidikan Multikultur maka masalahnya dapat diindentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru untuk memahami sikap solidaritas terhadap dirinya dan lingkungannya disekolah? terhadap etnis di lingkungan sekolah?
2. Bagaimana peran guru dan sekolah membangun sikap solidaritas etnis kepada peserta didik?

B. Pembatasan masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
3. Memahami sikap solidaritas terhadap etnis di lingkungan sekolah?
4. Peran serta guru dan sekolah dalam membangun sikap sikap solidaritas etnis kepada peserta didik?

C. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan sikap solidaritas terhadap etnis di lingkungan sekolah?
2. Mendeskripsikan Peran serta guru dan sekolah dalam membangun sikap sikap solidaritas etnis kepada peserta didik?



BAB II
PEMBAHASAN


1. Peran guru dan sekolah memahami arti solidaritas
Guru dan sekolah merupakan sebuah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan tanpa guru sekolah tidak bisa berfungsi denagn baik begitu sebaliknya. Untuk memahami rasa solidaritas atau rasa kebersamaan perlu adanya rasa cinta kasih atau rasa persaudaraan yang tercipta dari diri seorang untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama kita sebagai pendidik bagaiman kita memahami karakter siswa dan lingkungannya baik itu dirumah dan keluarganya.
Sebagai guru kiranya kita jangan hanya memahami saja apa arti solidaritas sesungguhnya tapi bagaimana kita memainkan peran kita sehingga tercipta rasa kebersamaan dikelas dan disekolah sehingga bisa terbangun sebuah rasa persatuan dan kesatuan bangsa yang tergambar dalam kebinekaan bangsa ini.
Dalam setiap individu yang membantu solidaritasKEBERSAMAAN, terdapat satu bentuk kepedulian dan kebaikan yang pernah mereka rasakan sebelumnya. Bantuan yang mereka terima mungkin berbentuk bantuan dari beasiswa, keluarga, perusahaan maupun individu lainnya. Mereka pernah merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan pendidikan yang layak. Dan mereka pernah merasakan bagaimana rasanya mendapat bantuan yang sederhana maupun berguna.
Kepedulian dan kebaikan yang pernah mereka terima inilah yang kemudian mereka transfer kembali melalui solidaritasKEBERSAMAAN. Bersama solidaritasKEBERSAMAAN mereka membantu dengan kemampuan yang dimiliki dalam bentuk materi maupun tenaga. solidaritasKEBERSAMAAN memberikan bantuan yang sekiranya dibutuhkan oleh anak-anak dalam menjalankan pendidikannya.Sumbangan dan dukungan setiap individu inilah sumber utama bantuan yang kami wujudkan kepada setiap anak.Bantuan yang sebenarnya amat sangat sederhana. Namun dalam kenyataan masih banyak dari anak-anak ini yang belum bisa memperolehnya. Hal-hal seperti seragam lengkap, buku pelajaran, buku tulis, buku bacaan, alat tulis, alat gambar, terdengar seperti kebutuhan biasa bagi kita. Tapi percayalah…tidak bagi mereka.
Berbagai program sederhana yang kita lakukan, semua dapat terealisasi berkat kebaikan dan kepedulian dari individu seperti anda, yang percaya akan kekuatan solidaritasKEBERSAMAAN. Apa yang kita lakukan bukanlah sesuatu yang sulit. Dukungan dan bantuan sekecil Rp. 10.000 setiap bulannya, kami pastikan amat sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.solidaritasKEBERSAMAAN terbuka bagi siapa saja, tanpa melihat latar belakang ekonomi, status, sosial maupun agama. Jika anda memang mempunyai kepedulian sama dengan kami. Mari bersinergi, bersama membantu anak-anak Indonesia.Jika hidup anda pernah tersentuh oleh sebuah kepedulian atau kebaikan, dan ingin mencari cara untuk bisa membalas kebaikan tadi. Kami berharap anda mau bergabung dan membantu solidaritasKEBERSAMAAN. Ingat. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merubah hidup anak-anak ini. Merubah hidup bangsa ini menjadi lebih baik .


2. Membangun sikap solidaritas etnik pada peserta didik.
Untuk membangun sikap solidaritas etnik pada peserta didik butuh waktu panjang mengingat karakter – karak ter yang dihadapi pada siswa perlu adanya strategi atau pendekatan yang sifatnya kearah positif.
Kalau mau jujur, bangsa kita sedang berada dalam krisis solidaritas normatif. Kita termasuk orang yang cepat menunjukkan solidaritas kita kepada sesama yang tertimpa bencana alam. Tapi setelah itu, apakah kita masih mampu menunjukkan solidaritas kepada jutaan anak miskin negeri ini yang tidak mampu bersekolah? Apakah para pejabat kita cukup memiliki solidaritas dengan rakyatnya yang sedang kesulitan ekonomi dengan tidak melakukan korupsi atau tindakan-tindakan yang hanya memperkaya diri sendiri? Apakah praktik peradilan memiliki simpati dan solidaritas kepada rakyat kecil yang tidak mampu membayar pengacara? Apakah para wakil rakyat mampu menunjukkan solidaritas kepada masyarakat dengan tidak meminta kenaikan gaji, dana kunjungan dan konsultasi atau bonus-bonus lainnya? Apakah masing-masing kita juga memiliki solidaritas dengan orang lain yang berbeda etnis, bahasa dan agama dan pandangan politik dengan kita?
Sebagai sebuah keutamaan, solidaritas menuntut komitmen kepada kebebasan (freedom) dan keadilan (justice). Setiap orang yang berada dalam penderitaan, entah karena bencana alam, kemiskinan, atau karena statusnya sebagai kaum minoritas sebenarnya sedang berada dalam keadaan ketidakbebasan, paling tidak physical freedom. Wujud solidaritas kita adalah memperjuangkan atau menciptakan terwujudnya kebebasan supaya dia dapat bertumbuh dan mengembangkan seluruh potensi dirinya. Hanya melalui jalan inilah kita dapat memastikan bahwa keadilan pun tercipta di negara ini. Bertindak mementingkan diri sendiri lewat korupsi, kolusi dan nepotisme, mangkir dari tempat kerja bagi pejabat publik, indisipliner, perilaku melawan nilai-nilai moral, atau memaksakan keyakinan dan pandangan politik kepada orang lain hanya akan melanggengkan keadaan ketidakbebasan dan ketidakadilan di republik ini.
Bencana banjir yang melanda Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia seharusnya menjadi momentum reflektif untuk menjatuhkan pilihan apakah kita ingin mempertahankan hanya wajah solidaritas deskriptif atau menambahkannya dengan wajah solidaritas normatif. Tentu kita berharap untuk memiliki kedua wajah solidaritas ini sekaligus.Wallahualam![]











BAB III
PENUTUP


A. Simpulan
Berdasarkan uraian bahasan “Membangun sikap solidaritas etnik disekolah” dapat disimpulkan bahwa :
1. Guru harus mempunyai wawasan dan pemahaman yang baik tentang pentingnya sikap solidaritas terhadap siswa yang mengalami kekurangan atau kata lain mereka yang terbilang kaum minoritas sehingga bisa menjadi suatu kesatuan yang tak bisa dipisahkan.

2. Selain Guru sekolah sebaiknya memberikan pelatihan bagi guru-guru maupun staf disekolah tersebut tentang bagaimana sikap kita untuk membangun siswa yang berakhlakul karimah.

B. Saran
Bertolak dari peran Guru yang tujuannya membangun sikap solidaritas etnik disekolah penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Kita sebagai guru khususnya Guru SD harus dewasa dalam mengambil keputusan dalam arti dalam menyikapi perbedaan suku,ras dan agama kita sesama profesi serta anak didik kita disekolah
2. Sebagai guru kita harus selalu mengevaluasi diri dan positif thinking dalam memecahkan suatu masalah disekolah dan dimana saja sudah sempurnakah kita?..





DAFTAR PUSTAKA

Tilaar, H.A.R., 2002, Multikulturalisme; Tantangan-Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional , Jakarta: Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar